Pernah mengalami migrain? Faktanya, ada berbagai risiko penyakit serius yang bisa terjadi akibat migrain yang berkepanjangan. Migrain memang merupakan salah satu jenis sakit kepala yang sering dialami banyak orang. Penyebabnya pun beragam dengan gejala yang berbeda pada setiap orang. Namun, jangan pernah sepelekan penyakit ini karena bisa memicu penyakit berbahaya lainnya. Seperti apa? Yuk, simak penjelasannya berikut ini!
Daftar isi
Sekilas Tentang Migrain
Mengutip laman Mayo Clinic, migrain biasanya terjadi pada satu sisi kepala dan sering terasa berdenyut. Kondisi ini adalah salah satu jenis penyakit saraf yang bisa menimbulkan berbagai gejala, seperti mual, muntah, gangguan penglihatan, dan sensitif terhadap cahaya ataupun suara.
Nyeri akibat migrain yang Anda rasakan bisa bertambah parah karena beberapa faktor, seperti aktivitas fisik yang berlebihan, kilatan cahaya, suara, ataupun ketika mencium bau tertentu.
Ada lebih dari 150 jenis sakit kepala yang terbagi menjadi dua kategori, yaitu sakit kepala primer dan sakit kepala sekunder. Migrain merupakan jenis sakit kepala primer yang tidak diketahui penyebabnya karena memang murni adanya gangguan pada struktur kepala yang sensitif terhadap rasa nyeri. Kondisi ini juga memengaruhi pembuluh darah, saraf kepala, leher serta otot di sekitar kepala.
Sementara itu, sakit kepala sekunder umumnya disebabkan oleh saraf rasa sakit yang aktif pada bagian kepala akibat suatu penyakit tertentu. Penyebab umumnya yaitu seperti sinusitis, flu, sakit gigi, ataupun infeksi telinga.
Meski belum diketahui secara pasti penyebabnya, namun faktor genetik dan lingkungan bisa menimbulkan penyakit ini. Migrain juga bisa dipicu oleh berbagai faktor, seperti perubahan hormon pada wanita, stres, perubahan cuaca ataupun obat-obatan seperti nitroglycerin.
Faktor Risiko
Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan Anda terkena migrain, seperti:
- Riwayat keluarga. Jika Anda memiliki keluarga yang sering menderita migrain, maka kemungkinan untuk terserang penyakit ini lebih tinggi.
- Faktor usia. Migrain dapat menyerang usia berapapun, namun biasanya mulai sering menyerang pada usia 30 tahunan.
- Jenis kelamin. Umumnya, wanita tiga kali lebih berisiko terkena migrain daripada laki-laki.
- Perubahan hormon. Biasanya migrain muncul sebelum atau setelah menstruasi pada wanita. Bahkan, beberapa terjadi saat kehamilan dan semakin meningkat ketika menopause.
Risiko Penyakit Serius Akibat Sering Migrain
Agar penyakit migrain tidak semakin parah, Anda sebaiknya berkonsultasi dengan dokter ahli untuk menangani gejalanya. Jika tidak tertangani segera, migrain bisa meningkatkan risiko penyakit berbahaya, seperti:
Depresi
Migrain sering terjadi pada orang yang sedang memilki gangguan mental seperti depresi dan bipolar disorder. Menurut sebuah penelitian, migrain episodik bisa berisiko meningkatkan penyakit mental hingga dua kali lipatnya. Gejala migrain kronis dan stress bisa memicu depresi yang dapat mengubah kadar serotonin pada otak.
Penyakit Jantung
Terlalu sering migrain bisa menjadi tanda adanya penyakit lain dalam tubuh Anda. Menurut penelitian European Journal of Neurology, migrain dapat meningkatkan risiko Anda terkena penyakit jantung akibat tidak terkontrolnya hipertensi atau tekanan darah tinggi. Jika Anda memiliki penyakit jantung, sebaiknya hindari obat-obatan yang mengandung triptans. Sebab, obat ini dapat mengakibatkan penyempitan pembuluh darah pada jantung dan juga otak.
Gangguan Kecemasan
Mengutip laman Prevention, sekitar 50% orang yang memiliki migrain kronis biasanya juga memiliki gangguan kecemasan. Dan orang yang memiliki gangguan kecemasan juga biasanya sering mengalami migrain. Keduanya berhubungan dengan kondisi stress yang dapat memicu migrain ataupun serangan kecemasan.
Stroke
Migrain dapat mengakibatkan stroke iskemik. Kondisi ini terjadi ketika pembuluh darah ke otak terhalang oleh darah yang beku. Pembekuan darah ini terjadi akibat trombosit darah yang aktif pada penderita migrain. Pria biasanya lebih berisiko terkena stroke akibat migrain daripada wanita.
Epilepsi
Penyakit ini terjadi akibat adanya gangguan pada sistem saraf otak. Biasanya pemicu epilepsi dan migrain juga sama yaitu kurang tidur. Sehingga, jika Anda memiliki migrain, maka akan lebih berisiko terkena epilespi dan begitu pula sebaliknya.
Bell’s Palsy
Penderita migrain lebih berisiko terkena Bell’s Palsy. Hal ini karena adanya perubahan pada pembuluh darah, peradangan pada otak, dan infeksi virus. Bell’s Palsy adalah kelumpuhan yang terjadi pada otot-otot wajah yang menyebabkan sakit dan kekakuan pada rahang hingga belakang telinga.
Kapan Harus Ke Dokter?
Jika Anda merasakan gejala migrain semakin parah, sebaiknya berkonsultasi dengan dokter spesialis penyakit dalam di Klinik Lamina Pain and Spine Center. Salah satu dokter spesialis penyakit dalam yang dapat menangani kondisi migrain Anda yaitu dr. Melsa Aprima, SpPD. Dr. Melsa akan membantu Anda dalam memantau gejala dan penyebab dari migrain yang Anda alami. Pengobatan yang tepat akan diberikan untuk mengurangi rasa nyeri dan menghindari risiko terjadinya penyakit serius akibat migrain.
Untuk mengetahui jadwal dokter dan berkonsultasi, Anda bisa menghubungi Care Line Officer Lamina Pain and Spine Center pada nomor kontak yang tertera.
Baca juga: 7 Cara untuk Mencegah Sakit Kepala Berkepanjangan