Skoliosis adalah salah satu kelainan bentuk tulang belakang sehingga kelengkungan alaminya berubah.
Tulang belakang merupakan struktur utama penopang tubuh. Selain itu juga berperan melindungi organ dalam dan merupakan tempat pelekatan tulang rusuk.
Tulang belakang bersifat lentur sehingga dapat bergerak bebas, seperti berdiri, duduk, berjongkok, berjalan dan berlari.
Kelainan bentuk (deformitas) pada tulang belakang dapat memengaruhi fleksibilitas gerakan sehingga dapat menghambat aktivitas harian seseorang.
Scoliosis Research Society mendefinisikan skoliosis sebagai deformitas kelengkungan tulang belakang dengan sudut Cobb lebih dari 10 derajat dengan kemiringan ke kiri atau kanan saat dokter melakukan pemeriksaan.
Kelengkungan (kurva) tulang punggung yang berlebihan ke arah samping dapat terjadi pada berbagai area tulang belakang, dari servikal (leher), torakal (dada) hingga lumbal (pinggang).
Kurva skoliosis biasanya terletak pada area leher, punggung atas, pinggang, atau beberapa area lainnya, yang biasanya berbentuk:
1. Kurva C, umumnya pada area torakolumbal
2. Kurva S, umumnya lebih sering terjadi pada skoliosis idiopatik dan terletak pada punggung atas kanan dan lumbal kiri atau punggung atas kiri dan lumbal kanan
Daftar isi
Derajat Kelengkungan Skoliosis
Derajat kurva skoliosis terbagi menjadi:
1. Skoliosis ringan memiliki kurva 11 – 20 derajat
2. Skoliosis sedang memiliki kurva 21 – 40 derajat
3. Skoliosis berat, kurva lebih dari 41 derajat
Kurva ini adalah dari hasil pemeriksaan dokter yang menggunakan metode Cobb dan hasil pemeriksaannya adalah sudut Cobb (Cobb angle).
Dokter akan mengukur sudut ini saat melakukan pemeriksaan fisik.
Penghitungan derajat kelengkungan tulang belakang ini dapat menjadi alat bantu dokter dalam mendiagnosis skoliosis yang menyertai pemeriksaan radiologis.
Skoliosis ICD 10
Menurut ICD 10:
- Kondisi deformitas tulang belakang bawaan atau didapat, dengan tulang belakang yang melengkung ke lateral (kiri atau kanan).
- Gangguan tulang belakang dengan kelainan bentuk kelengkungan tulang belakang ke arah lateral.
- Kelengkungan tulang belakang yang tidak normal
- Skoliosis menyebabkan lengkungan tulang belakang ke samping. Kurva ini biasanya berbentuk seperti huruf S atau C.
Skoliosis paling sering terjadi pada akhir masa kanak-kanak dan awal remaja, ketika proses pertumbuhan berlangsung dengan cepat. Anak perempuan lebih cenderung memilikinya daripada anak laki-laki dan biasanya genetik.
Gejala dapat berupa miring ke salah satu sisi dan memiliki tinggi bahu serta pinggul yang tidak rata atau tidak sama antara kiri dan kanan.
Terkadang lengkungan itu bersifat sementara yang penyebabnya adalah beberapa kondisi seperti cacat lahir, tumor, atau penyakit lain dapat menyebabkan tulang belakang melengkung menetap.
Orang dengan skoliosis ringan mungkin hanya memerlukan pemeriksaan untuk melihat apakah lengkungannya semakin parah atau tidak. Sedangkan yang lainnya, mungkin perlu memakai korset atau bahkan menjalani tindakan operasi akibat keluhan yang memburuk.
Kelainan Bentuk Tulang Belakang
Tulang belakang yang normal seharusnya lurus. Jika ada kemiringan atau terjadi perubahan kelengkungannya, dapat menyebabkan saraf tulang belakang tertekan atau saraf terjepit yang mungkin dapat menyebabkan nyeri.
Penyebab kebanyakan kasus belum pasti, tetapi sejatinya melibatkan kombinasi faktor genetik dan lingkungan.
Skoliosis dapat menimbulkan:
- Nyeri pada tulang belakang, bahu, leher dan bokong atau area punggung bawah
- Dalam kasus berat atau parah, dapat menyebabkan masalah pada pernapasan dan jantung
- Konstipasi akibat kelengkungannya dapat menekan organ pencernaan seperti lambung, usus besar.
- Mobilitas terganggu atau terbatas akibat nyeri atau keterbatasan fungsi pada dewasa.
Tanda-tanda yang menunjukkan adanya skoliosis mencakup:
- Otot-otot punggung tidak sama rata
- Tulang belikat tidak sama tinggi atau
- Tinggi panggul, lengan dan kaki yang tidak sama
- Pada kasus berat dengan derajat lengkungan yang berat dapat menimbulkan masalah pada paru dan jantung
- Adanya endapan (deposit) kalsium pada kartilago dan kadang pada bantalan tulang
Penyebab Skoliosis
Sebagian besar penyebabnya adalah masalah pada saraf dan otot (neuromuskular) dan penyakit bawaan atau kondisi yang penyebabnya adalah lingkungan.
Sekitar 65% penyebabnya adalah idiopatik. Kemudian bawaan atau genetik memegang sekitar 15%. Sisanya sekitar 10% akibat neuromuskular.
Kejadian skoliosis kongenital atau saat lahir berkaitan dengan malformasi tulang belakang pada minggu ketiga hingga keenam kehamilan akibat kegagalan pembentukan atau segmentasi sehingga menghasilkan bentuk tulang belakang yang abnormal.
Gejala skoliosis idiopatik biasanya berjalan secara perlahan, atau kadang tidak disertai nyeri pada awalnya. Sebagian besar penderita datang dengan keluhan tulang belakang bengkok, tidak simetris atau bahu kanan dan kiri yang tidak sama tinggi sehingga menurunkan rasa percaya dirinya.
Menurut penyebabnya, skoliosis terbagi menjadi:
1. Skoliosis Idiopatik:
– Infantile scoliosis (skoliosis infantil): 0-3 tahun
– Juvenile scoliosis (skoliosis juvenile): 3-10 tahun
– Adolescent scoliosis (skoliosis adolesen): > 10 tahun
2. Skoliosis Neuromuskular
i. Neuropatik/neurogenik (karena penyakit atau kelainan bentuk pada jaringan saraf)
– upper motor neuron (cerebral palsy, degenerasi spinoserebelar, syringomelia, tumor medulla spinalis, trauma medulla spinalis, lainnya)
– lower motor neuron (poliomyelitis, trauma, atrofi muscular spinal, meningomyelocele)
– disotonomia (kelainan sistem saraf otonom)
– lainnya
ii. Miopatik (arthrogryposis, distrofi muscular, fiber type disproportion, hipotonik kongenital, distrofi myotonic, lainnya)
3. Skoliosis Kongenital, akibat kegagalan pembentukan dan kegagalan segmentasi.
4. Neurofibromatosis (kelainan genetik yang menyebabkan tumor jaringan saraf)
5. Penyakit Mesenkim
6. Penyakit Rheumatoid
7. Trauma, fraktur, pembedahan, iradiasi
8. Osteokondrodistrofi
9. Infeksi Tulang
10. Penyakit Metabolik
11. Kondisi Sendi Lumbosacral
12. Tumor pada columna vertebralis atau medulla spinalis
Pengobatan Skoliosis
Kondisi tulang belakang yang satu ini memerlukan penanganan yang cukup kompleks dan faktor penentunya adalah keparahan perubahan kelengkungan dan maturitas tulang belakang.
Dokter akan memulai pemeriksaan fisik dengan menanyakan gejala dan penyakit lainnya. Dokter juga akan meminta pasien untuk berdiri atau membungkuk, untuk melihat simetris atau tidaknya tulang belakang dan dengan mengukur sudut Cobb.
Selain pemeriksaan fisik, dokter memerlukan hasil foto Rontgen dan CT scan untuk memastikan adanya skoliosis dan mengetahui tingkat keparahan lengkungan tulang belakang.
Pemindaian dengan MRI mungkin perlu bila dokter mencugai adanya penyebab lain.
Opsi konvensional pengobatan pada anak dan remaja adalah observasi, penggunaan korset, dan tindakan operasi.
Sedangkan untuk dewasa, fokus penanganannya adalah dengan mengurangi nyeri dengan obat-obatan, pemeriksaan postur tubuh, korset dan juga tindakan bedah untuk mengoreksi perburukan sudut kelengkungan.
Biasanya penderita tidak menyadari adanya kelainan bentuk lengkungan tulang belakang dan kadang menyebabkan perubahan penampilan dan bila dalam kondisi berat dapat menyebabkan sesak napas akibat menekan paru-paru.
Jadi pada intinya, kondisi ini dapat ditangani dengan jalan tindakan operasi dan non-operasi. Kedua jenis penanganan ini bertujuan untuk menghentikan progresivitas atau perburukan tulang, menyeimbangkan bentuk tubuh, dan membuat tulang belakang yang bengkok menjadi lurus.
Deteksi dini sangat berperan. Umumnya lengkungan tulang belakang yang abnormal dapat ditangani tanpa tindakan operasi jika kelainan ini diketahui sejak dini dan sudut atau derajat kelengkungan belum terlalu besar.
Cara non-operasi adalah berolahraga (berenang, peregangan tubuh atau stretching), dan fisioterapi. Berbagai tindakan ini dilakukan untuk membantu menguatkan otot-otot punggung. Cara-cara ini dilakukan untuk mencegah perburukan derajat kelengkungan tulang belakang dan dapat membantu postur tubuh lebih baik.
Dokter juga akan menyusun program latihan fisik rehabilitasi medik sesuai dengan kondisi masing-masing penderitanya. Latihan fisik ini bermanfaat membantu:
- Mengurangi risiko perburukan derajat kelengkungan
- Mengurangi nyeri
- Memperkuat otot-otot tulang belakang
Korset Khusus Skoliosis
Jika sudut kelengkungan antara 20-40 derajat pada pasien dewasa, dapat menggunakan korset khusus skoliosis. Sedangkan lebih dari 40 derajat kemungkinan dokter akan merekomendasikan tindakan operatif.
Berapa lama dalam sehari Anda perlu memakai korset bergantung pada beberapa faktor, misalnya usia. Umumnya korset khusus ini dipakai selama 16-23 jam sehari, dan lepas korset saat tidur.
Korset khusus skoliosis ini dibuat secara khusus dan berbeda bergantung pada hasil pemeriksaan sudut kelengkungan tulang belakang yang Anda alami dan faktor lainnya.
Pantangan Aktivitas
Karena adanya perubahan pada kelengkungan tulang belakang ada beberapa aktivitas yang perlu Anda jadikan sebagai pantangan.
Pantangan ini membantu agar tidak menyebabkan perburukan dan dapat membantu mencegah nyeri.
Pantangan aktivitas, antara lain:
- Gerakan atau aktivitas membungkuk atau menunduk dalam waktu lama seperti menggunakan smartphone, bekerja dengan komputer
- Duduk atau berdiri dalam waktu lama. Sebaiknya atur waktu istirahat dan melakukan peregangan.
- Tidur dengan posisi tengkurap
- Membawa atau mengangkat beban berat
- Olahraga tertentu, seperti berkuda, angkat besi, gimnastik
- Bermain trampollin