Risiko Nyeri Leher Pada Wanita Lebih Tinggi

risiko nyeri leher

Risiko nyeri leher bisa terjadi pada siapapun. Nyeri leher bukan lagi masalah kesehatan langka. Penyebabnya beragam, bisa karena terlalu sering mengangkat beban berat, posisi duduk atau tidur yang salah, hingga gejala dari penyakit tertentu.

Melansir dari Science Daily (2021), nyeri leher pada beberapa negara sudah menjadi masalah kesehatan masyarakat yang biasa. Ini artinya, gangguan ini sudah menjadi keluhan banyak masyarakat dunia. Terlebih lagi, sejak pandemi COVID19 berlangsung, banyak orang menghabiskan waktunya pada layar smartphone maupun gadget. Kebiasaan berjam-jam menghabiskan waktu menggunakan gadget inilah yang memicu terjadinya nyeri leher.

Tahukah kamu jika nyeri leher lebih banyak terjadi pada wanita daripada pria? Simak penjelasannya berikut ini.

Ragam Faktor Risiko Nyeri Leher

Akibat posisi yang keliru

Risiko nyeri leher bisa terjadi akibat otot leher yang menegang, kerusakan pada sendi, saraf kejepit, kecelakaan hingga cedera. Selain itu,juga bisa terjadi akibat cervical syndrome.

Cervical syndrome mengacu pada serangkaian gangguan dari adanya perubahan tulang belakang leher dan jaringan lunak yang mengelilinginya. Seseorang dengan kondisi ini akan merasakan nyeri yang menyerang bagian leher pada kolom tulang punggung.

Melansir Healthline (2021), cervical syndrome terjadi bukan hanya karena rapuhnya bantalan pada leher akibat bertambahnya usia seseorang, banyak faktor lain. Misalnya gaya hidup yang tidak sehat, kebiasaan duduk terlalu lama dalam kondisi yang salah, postur kerja yang keliru dan tidak normal.

Sebagai contoh, pada seseorang yang memiliki kebiasaan bermain handphone atau gadget. Saat orang menggunakan handphone umumnya mereka akan menundukan kepala, ini berarti: 

  1. Leher akan bergerak ke posisi bagian depan, 
  2. Bahu akan terangkat menghadap ke atas arah telinga atau membulat ke depan dalam posisi yang membungkuk, 
  3. Bahu berkontraksi dan otot pada leher menegang, 
  4. Beban berat pada otot menjadi lebih dari dua kali lipat, 
  5. Posisi membungkuk membawa efek negatif pada kapasitas paru-paru, 
  6. Posisi tubuh yang membungkuk bisa menimbulkan masalah internal seperti pada pencernaan dan juga aliran darah. 
Baca Juga:  Nyeri Bokong Setelah Operasi Caesar, Apa Penyebabnya?

Risiko Nyeri Leher Pada Wanita

Sebuah studi dari Loyola Medicine Pain Management Center, Amerika Serikat tahun 2020 menyebutkan jika perempuan lebih besar terkena risiko nyeri leher. Hal ini bisa terjadi karena banyak faktor, misalnya akibat genetik dan juga pengaruh tekanan psikologis yang membuat seorang wanita lebih rentan mengalami nyeri leher bahu dan juga sakit kepala. 

Misalnya, saat seorang perempuan mengalami masalah dan juga tekanan secara psikologis, maka hal ini menyebabkan terhambatnya sirkulasi aliran darah pada area leher dan otot bahu yang menyebabkan terjadinya kaku serta nyeri leher. Selain itu faktor lain seperti masalah pada hormonal atau khususnya pada hormon estrogen yang bisa menjadi penyebab wanita lebih berisiko mengalami nyeri leher. Hal ini karena hormon estrogen pada wanita memengaruhi sistem saraf pusat yang yang bertanggung jawab untuk meneruskan dan merasakan nyeri saat terjadi. 

Perbedaan fisik juga bisa menjadi penyebab mengapa wanita lebih cenderung mudah mengalami nyeri leher. Wanita memiliki bentuk leher yang berbeda dengan pria. Menurut penelitian kanal pada tulang belakang wanita secara signifikan lebih sempit daripada pria. Hal inilah yang menyebabkan wanita lebih sering mengalami nyeri leher. 

Banyak orang menyepelekan gangguan satu ini,namun jika semakin lama terabaikan dapat menganggu aktivitas dan memperparah kondisi. Belum lagi jika ternyata merupakan gejala penyakit yang cukup serius, salah satunya adalah saraf kejepit. Saraf kejepit yang terbaikan bisa menyebabkan kelumpuhan.

Segera konsultasikan masalah nyeri leher di Lamina Pain and Spine Center.

Share via:
Facebook
Threads
WhatsApp
Artikel Terkait
Artikel Populer
Topik Populer