Brain fog atau pikiran berkabut merupakan kondisi saat seseorang merasa sulit untuk berkonsentrasi, tidak bisa fokus atau kesulitan mengingat beberapa hal. Brain fog bukan jenis penyakit, tapi merupakan gejala penyakit tertentu.
Kondisi ini siapapun bisa mengalaminya dan kapanpun. Penyebabnya masih belum diketahui secara pasti. Namun ada beberapa faktor risiko yang dapat memicu kondisi tersebut, seperti stres dan kelelahan.
Daftar isi
Faktor Risiko Brain Fog
Seseorang yang mengalami pikiran berkabut bisa mengalami gangguan funsi kognitif, seperti mudah lupa, sulit berkonsentrasi atau fokus. Keluhannya muncul sesekali dan setelah mengalaminya, seseorang bisa kembali berpikir seperti biasa. Namun, pada beberapa kasus khusus, kondisi tersebut lebih sering mengganggu aktivitas penderitanya.
Berikut faktor risiko pikiran berkabut:
1. Kurang istirahat
Kurang istirahat atau tidur, kebiasaan begadang atau memiliki kualitas tidur yang buruk bisa berdampak pada fungsi otak. Akibatnya, akan mengganggu konsentrasi dan fokus sehingga membuat sulit berpikir, mudah lupa atau linglung sejenak. Beberapa penelitian menunjukkan seseorang yang kurang tidur atau memiliki kualitas tidur yang buruk lebih berisiko tinggi alami brain fog.
Agar fungsi otak dapat bekerja secara optimal, pastikan istirahat dan tidur yang cukup, memiliki kualitas tidur yang baik setiap hari.
2. Perubahan hormon
Pada perempuan yang mengalami menopause, mereka akan mengalami perubahan hormon sehingga memicu brain fog. Ketika menopause terjadi, kadar hormon progesteron dan strogen pada tubuh akan mengalami perubahan yang dapat memengaruhi fungsi otak.
3. Stres dan depresi
Alami stres kronis atau depresi bisa meningkatkan risiko terjadinya berbagai masalah kesehatan, mulai dari tekanan darah tinggi, daya tahan tubuh melemah, hingga penurunan fungsi otak.
Fungsi otak yang terganggu karena stres bisa menyebabkan sulit berpikir normal, mudah lupa, dan sulit untuk fokus.
4. Kekurangan nutrisi
Kekurangan nutrisi tertentu seperti protein, zat besi, vitamin B kompleks, vitamin E, antioksidan, dan omega-3, berisiko lebih tinggi alami pikun dan pikiran berkabut.
5. Efek samping obat-obatan
Beberapa jenis obat-obatan, seperti obat kemoterapi, antikolinergenik, penenang, antidepresan, dan obat tidur, bisa memengaruhi kinerja saraf otak dan zat kimia pada otak.
Efek ini memicu timbulnya pikiran berkabut dan keluhan lainnya, seperti mudah mengantuk dan perubahan mood. Jika setelah mengonsumis obat-obatan tertentu kemudian mengalami pikiran berkabut, segera konsultasikan dengan dokter.
6. Kondisi medis tertentu
Ada beberapa kondisi medis yang memunculkan gejala pikiran berkabut ini, seperti multiple sclerosis, penuaan, kelelahan, gangguan mental, anemia, demensia, dan COVID-19.
Penanganan Brain Fog
Penanganan pikiran berkabut bergantung pada apa yang menjadi penyebabnya. Jika penyebabnya adalah kondisi medis tertentu, maka penanganannya perlu menyesuaikan. Jadi, sebaiknya melakukan konsultasi dengan dokter terlebih dahulu.
Berikut ada beberapa cara yang dapat membantu meringankan gejala pikiran berkabut:
- Istirahat dan tidur yang cukup setidaknya 7 sampai 9 jam sehari.
- Mengelola stres dengan baik.
- Batasi asupan minuman berkafein dan beralkohol.
- Rutin olahraga fisik.
- Rutin senam otak, bisa dengan cara bermain puzzle.
- Penuhi kebutuhan nutrisi pada tubuh dengan mengonsumsi makanan bergizi
Meski pikiran berkabut masih dalam tahap wajar jika mengalaminya sesekali, namun jika kondisi ini sering terjadi dalam waktu lama dan mengganggu aktivitas harian sebaiknya berkonsultasi dengan dokter.