Sindrom Thoracic Outlet dan Kaitan dengan Saraf Kejepit

aapa itu sindrom thoracic outlet - LAMINA

Sindrom Thoracic Outlet (Thoracic Outlet Syndrome/TOS) adalah kondisi medis yang terjadi ketika pembuluh darah atau saraf di area thoracic outlet, yakni celah sempit antara tulang selangka dan tulang rusuk pertama, mengalami tekanan.

Kondisi ini dapat menyebabkan berbagai gejala, mulai dari nyeri hingga mati rasa, terutama di area bahu, lengan, atau tangan.

Di sisi lain, saraf kejepit adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan kondisi di mana saraf tertekan oleh jaringan di sekitarnya, seperti tulang, otot, atau tendon. Tekanan ini dapat menghambat fungsi saraf, menimbulkan rasa sakit, dan bahkan menyebabkan kelemahan otot.

TOS sering kali menjadi salah satu penyebab spesifik dari saraf kejepit, terutama ketika tekanan di area thoracic outlet mengenai pleksus brakialis, yaitu sekumpulan saraf yang bertanggung jawab atas fungsi sensorik dan motorik di lengan.

Jika mengalami nyeri punggung, saraf kejepit, atau gangguan tulang belakang lainnya, segera hubungi Lamina Pain and Spine Center di nomor 0811 1443 599 untuk menjadwalkan konsultasi dan mendapatkan perawatan yang sesuai dengan kondisi Anda.

Klasifikasi dan Lokasi Sindrom Thoracic Outlet

TOS dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis utama, yaitu :

  • Neurogenic TOS (NTOS) : Melibatkan tekanan pada saraf pleksus brakialis.
  • Vascular TOS : Melibatkan arteri atau vena yang terkompresi.
  • Nonspecific TOS : Gejala muncul tanpa adanya bukti jelas tekanan pada struktur tertentu.

Terkait dengan lokasinya, thoracic outlet adalah area anatomi yang terletak di antara pangkal leher dan bagian atas dada. Wilayah ini merupakan jalur penting bagi struktur-struktur vital yang menghubungkan leher dengan lengan, termasuk saraf, pembuluh darah, dan otot. 

Secara spesifik, thoracic outlet dikelilingi oleh beberapa elemen anatomi utama, seperti :

  • Atas : Dibatasi oleh tulang selangka (klavikula), yang membentuk bagian atas dari jalur ini.
  • Bawah : Tulang rusuk pertama menjadi dasar dari thoracic outlet. Posisi tulang ini sangat penting karena gangguan pada struktur ini, seperti kelainan bentuk atau peradangan, dapat menyempitkan ruang thoracic outlet.
  • Samping : Ruang ini dibatasi oleh otot scalene anterior dan medial (otot-otot di leher), serta struktur lain seperti pleksus brakialis, yaitu sekelompok saraf besar yang mengontrol fungsi motorik dan sensorik di lengan.

Bagaimana Sindrom Thoracic Outlet Menyebabkan Saraf Kejepit?

Sindrom Thoracic Outlet (TOS) dapat menyebabkan saraf kejepit melalui kompresi pada pleksus brakialis, yaitu sekelompok saraf utama yang mengontrol gerakan dan sensasi di lengan, bahu, dan tangan. 

Kompresi ini terjadi ketika ruang thoracic outlet menjadi terlalu sempit atau tertekan oleh struktur di sekitarnya.

Berikut ini beberapa mekanisme yang dapat menyebabkan saraf terjepit :

  • Kompresi oleh otot scalene : Otot-otot scalene yang tegang atau hipertrofik (membesar) dapat menekan pleksus brakialis.
  • Tulang rusuk tambahan (cervical rib) : Struktur anatomi yang tidak normal ini dapat menyempitkan ruang thoracic outlet dan menekan saraf.
  • Cedera atau jaringan parut : Trauma atau cedera sebelumnya di area leher atau bahu dapat menyebabkan pembentukan jaringan parut yang menekan saraf.
  • Postur tubuh yang buruk : Posisi bahu yang membungkuk ke depan atau kepala yang terlalu condong ke depan dapat meningkatkan tekanan pada pleksus brakialis.

Kondisi ini dapat menghambat fungsi saraf, menyebabkan gejala seperti mati rasa, nyeri, atau kelemahan pada bagian tubuh yang dipersarafi.

Jenis-jenis TOS yang terkait dengan saraf : Neurogenic TOS (NTOS)

Dari tiga jenis utama TOS, Neurogenic Thoracic Outlet Syndrome (NTOS) adalah yang paling sering dikaitkan dengan saraf kejepit.

  • NTOS : Terjadi ketika pleksus brakialis terkompresi, baik oleh otot, tulang, atau jaringan di sekitar thoracic outlet.
  • Vascular TOS : Meskipun lebih jarang, jenis ini dapat menimbulkan gejala tambahan seperti pembengkakan lengan akibat gangguan pada pembuluh darah.
  • Nonspecific TOS : Kadang-kadang, pasien mengalami gejala tanpa bukti jelas kompresi pada saraf atau pembuluh darah tertentu.

NTOS sering kali berkembang secara perlahan, terutama pada individu dengan gaya hidup atau pekerjaan yang melibatkan gerakan bahu dan lengan secara repetitif.

Gejala saraf kejepit akibat sindrom thoracic outlet

Kompresi pada pleksus brakialis oleh TOS dapat menimbulkan berbagai gejala yang berdampak kepada sistem saraf sensorik maupun motorik, seperti :

  • Kesemutan (paresthesia) : Biasanya dirasakan di jari-jari tangan, terutama jari kelingking dan manis.
  • Mati rasa : Terasa kebas di area lengan atau tangan yang umumnya disertai kelemahan otot.
  • Nyeri : Bisa terasa seperti panas, tajam, atau seperti tertusuk, dan biasanya menjalar dari leher ke bahu dan lengan.
  • Kelemahan otot : Otot-otot di lengan atau tangan mungkin kehilangan kekuatan akibat gangguan pada fungsi saraf.
  • Kesulitan melakukan aktivitas sehari-hari : Gejala seperti sulit mengangkat benda atau menggenggam dapat muncul, terutama pada kasus TOS yang lebih parah.

Pada umumnya, gejala yang dialami dapat memburuk saat pasien melakukan aktivitas yang melibatkan mengangkat beban berat di atas kepala, sebagaimana gerakan semacam ini mempersempit ruang thoracic outlet lebih jauh.

Gejala sindrom thoracic outlet dalam kaitannya dengan cervicobrachial syndrome

Cervicobrachial syndrome adalah kondisi yang melibatkan nyeri dan gejala lain yang menjalar dari leher hingga lengan, biasanya terkait dengan masalah pada saraf atau struktur tulang belakang servikal (leher). 

Baca Juga:  Mengenal Kode ICD 10 HNP atau Saraf Kejepit

Sindrom thoracic outlet (TOS) dapat berhubungan dengan cervicobrachial syndrome karena keduanya melibatkan kompresi saraf yang mengarah ke gejala serupa, walau penyebab dan lokasi kompresinya berbeda.

1. Keterkaitan gejala sindrom thoracic outlet dengan cervicobrachial syndrome

  • Nyeri leher dan lengan : Pada kedua kondisi, pasien sering merasakan nyeri yang menjalar dari leher ke bahu, lengan, atau tangan, akibat kompresi saraf yang terjadi pada bagian leher atau thoracic outlet.
  • Kesemutan dan mati rasa : Baik TOS maupun cervicobrachial syndrome dapat menyebabkan sensasi kesemutan atau mati rasa di lengan atau tangan karena gangguan pada aliran saraf. Pada TOS, kompresi saraf terjadi di thoracic outlet (antara leher dan bahu), sedangkan pada cervicobrachial syndrome, saraf tertekan di area leher atau tulang belakang servikal.
  • Kelemahan otot : Gejala kelemahan pada lengan, tangan, atau otot-otot di sekitar bahu bisa muncul pada kedua kondisi. Hal ini terjadi karena saraf yang terjepit tidak dapat mengirimkan sinyal dengan baik ke otot.

2. Perbedaan gejala sindrom thoracic outlet dengan cervicobrachial syndrome

  • Cervicobrachial syndrome umumnya terkait dengan masalah pada tulang belakang leher, misalnya hernia diskus atau osteoartritis, yang menekan akar saraf di daerah servikal.
  • TOS terjadi akibat kompresi saraf di thoracic outlet, yaitu di bawah tulang selangka dan di atas tulang rusuk pertama.

Meskipun keduanya memiliki gejala serupa, pemeriksaan medis yang tepat diperlukan untuk membedakan keduanya dan menentukan penyebab serta pengobatannya.

Faktor Risiko dan Kelompok yang Rentan Mengalami TOS

Beberapa kelompok orang memiliki risiko lebih besar terkena sindrom thoracic outlet (TOS) dikarenakan aktivitas fisik, kondisi anatomi, atau gaya hidup tertentu yang dijalani.

Berikut adalah kelompok yang berisiko tinggi terpapar risiko TOS :

1. Pekerja kasar

Orang yang sering mengangkat beban berat, seperti pekerja konstruksi, buruh pabrik, atau porter. Aktivitas ini dapat menyebabkan tekanan berulang di area thoracic outlet sehingga memperbesar peluang terjadinya kompresi saraf atau pembuluh darah.

2. Atlet

Olahragawan yang melakukan gerakan berulang dengan tangan di atas kepala, seperti perenang, pemain voli, atau pitcher baseball, umumnya lebih rentan mengalami TOS.

Latihan yang intens dapat menyebabkan hipertrofi otot di sekitar thoracic outlet sehingga dapat meningkatkan risiko kompresi.

3. Pekerja kantoran

Posisi duduk yang buruk, terutama saat mengetik dalam waktu lama dengan postur bungkuk, dapat menyempitkan ruang thoracic outlet. Hal ini membuat pekerja kantoran rentan terhadap jenis TOS akibat postur tubuh yang buruk.

4. Wanita hamil atau setelah melahirkan

Perubahan hormon dan berat badan selama kehamilan dapat berdampak kepada postur tubuh, yang pada akhirnya meningkatkan risiko tekanan di area thoracic outlet.

5. Orang dengan kelainan anatomi

Individu yang memiliki tulang rusuk tambahan (cervical rib) atau kelainan struktur lain di sekitar leher dan bahu berisiko lebih besar terkena TOS.

Hubungan antara Gaya Hidup dan Potensi Terjadinya TOS

Gaya hidup seseorang dapat memengaruhi kesehatan thoracic outlet. Berikut adalah beberapa aspek gaya hidup yang dapat meningkatkan risiko TOS.

1. Postur yang buruk

Kebiasaan seperti duduk membungkuk, bahu condong ke depan, atau kepala terlalu maju dapat menekan area thoracic outlet, terutama jika dilakukan dalam waktu lama.

2. Kurangnya aktivitas fisik

Otot-otot di sekitar bahu dan leher menjadi lemah jika tidak dilatih, sehingga kurang mampu menopang struktur di thoracic outlet. Hal ini dapat memperbesar kemungkinan terjadinya kompresi.

3. Aktivitas fisik yang berlebihan

Sebaliknya, aktivitas berlebihan tanpa teknik yang tepat, seperti olahraga intens tanpa pemanasan atau mengangkat beban yang terlalu berat secara terburu-buru, juga dapat menyebabkan tekanan berlebih pada thoracic outlet.

4. Gaya hidup yang tidak ergonomis

Penggunaan alat kerja atau posisi tidur yang tidak mendukung postur tubuh dapat memperburuk kondisi thoracic outlet dari waktu ke waktu.

5. Merokok

Kebiasaan merokok dapat memperburuk kondisi pembuluh darah, yang juga berperan dalam mempersempit ruang thoracic outlet.

Diagnosis Sindrom Thoracic Outlet

Diagnosis sindrom thoracic outlet (TOS) membutuhkan kombinasi antara pemeriksaan klinis, evaluasi gejala, dan tes penunjang untuk memastikan penyebab spesifik. Berikut adalah langkah-langkah utama dalam proses diagnosis :

Pemeriksaan klinis dan gejala yang diamati

1. Pemeriksaan anamnesis (riwayat kesehatan dan gejala)

Dokter akan mengajukan pertanyaan seputar gejala yang dirasakan pasien, seperti :

  • Nyeri atau kesemutan di bahu, lengan, atau tangan.
  • Mati rasa atau kelemahan pada otot di area yang terdampak.
  • Gejala yang memburuk saat mengangkat barang berat di atas kepala.
  • Riwayat trauma, pekerjaan, atau aktivitas berulang yang melibatkan bahu dan leher.

2. Pemeriksaan fisik

Selama pemeriksaan, dokter akan mencari tanda-tanda fisik TOS, seperti :

  • Pembengkakan atau perubahan warna kulit di lengan (terutama pada TOS vaskular).
  • Nyeri atau sensasi kesemutan saat melakukan gerakan tertentu pada leher dan bahu.
  • Tes khusus seperti:
    • Adson’s Test : Menilai kompresi arteri subklavia dengan memeriksa denyut nadi radial sambil memutar kepala ke arah tertentu.
    • Roos Test : Pasien diminta untuk mengangkat tangan dan membuka-menutup jari selama beberapa menit untuk menilai gejala seperti nyeri atau kesemutan.

Tes penunjang untuk mendiagnosis TOS

Untuk menunjang keputusan dokter dalam mendiagnosis TOS, ada beberapa metode pemeriksaan yang bisa dilakukan, antara lain : 

  • Rontgen (X-Ray) : Digunakan untuk mendeteksi kelainan struktural seperti tulang rusuk tambahan (cervical rib) atau perubahan pada tulang selangka dan tulang rusuk yang dapat mempersempit ruang thoracic outlet.
  • MRI (Magnetic Resonance Imaging) : Memberikan gambaran detail jaringan lunak, seperti otot, pembuluh darah, dan saraf di area thoracic outlet. MRI berguna untuk mengidentifikasi tekanan pada pleksus brakialis atau jaringan yang meradang.
  • Ultrasonografi (USG) : Digunakan untuk mengevaluasi pembuluh darah (arteri dan vena subklavia) di area thoracic outlet, terutama pada TOS vaskular.
  • EMG (Electromyography) dan studi konduksi saraf : EMG: Mengukur aktivitas listrik di otot untuk mengetahui apakah saraf yang mengontrol otot terkompresi atau rusak.
  • Studi konduksi saraf : Mengevaluasi kecepatan dan efisiensi sinyal yang dikirimkan oleh saraf di lengan, membantu mendeteksi neurogenic TOS (NTOS).
  • Angiografi atau venografi : Tes ini digunakan pada kasus TOS vaskular untuk melihat apakah ada penyumbatan atau penyempitan pembuluh darah di thoracic outlet.
  • Tes Provokasi : Tes ini melibatkan gerakan tertentu untuk memicu gejala, seperti memutar kepala, mengangkat tangan, atau menekan bahu ke arah tertentu.
Baca Juga:  Bahaya Pijat Injak Punggung Untuk Atasi Sakit Punggung

Pengobatan Sindrom Thoracic Outlet dan Saraf Kejepit

Pengobatan untuk sindrom thoracic outlet (TOS) bertujuan untuk mengurangi tekanan pada saraf atau pembuluh darah yang terkompresi serta memulihkan fungsi tubuh. 

Perawatan dibagi menjadi dua kategori utama, yaitu nonbedah dan bedah, dengan pendekatan yang disesuaikan berdasarkan keparahan gejala dan respons terhadap terapi awal.

Perawatan nonbedah

1. Fisioterapi dan latihan untuk memperbaiki postur

Fisioterapi adalah langkah pertama dan paling umum dalam pengobatan TOS, terutama untuk jenis neurogenic TOS (NTOS). Tujuan dari perawatan nonbedah adalah : 

  • Menguatkan otot bahu dan leher untuk mendukung postur yang lebih baik.
  • Meningkatkan fleksibilitas otot scalene, pectoralis minor, dan struktur sekitarnya yang mungkin menyebabkan kompresi.

Umumnya, ada beberapa latihan yang bisa dilakukan, seperti :

  • Latihan peregangan : Membantu merelaksasi otot-otot tegang yang menekan thoracic outlet.
  • Latihan penguatan bahu : Fokus pada otot trapezius dan serratus anterior untuk menjaga bahu pada posisi yang benar.
  • Teknik pernapasan diafragma : Mengurangi tekanan di area leher dan bahu.

2. Obat-obatan untuk mengurangi nyeri atau peradangan

  • Obat pereda nyeri : Obat seperti acetaminophen atau ibuprofen sering direkomendasikan untuk meredakan nyeri ringan.
  • Relaksan otot : Membantu mengurangi ketegangan otot di leher dan bahu.
  • Obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID) : Untuk mengurangi pembengkakan di area yang terkompresi.
  • Injeksi botulinum toxin (botox) : Dalam beberapa kasus, digunakan untuk melemaskan otot scalene yang hipertrofik.

3. Modifikasi aktivitas

  • Mengurangi aktivitas repetitif atau posisi yang memperburuk gejala, seperti pekerjaan dengan mengangkat barang ke atas kepala.
  • Penyesuaian tempat kerja untuk memastikan postur yang ergonomis, termasuk penggunaan kursi dan meja yang sesuai.

Intervensi bedah

Intervensi bedah dilakukan jika perawatan nonbedah tidak memberikan hasil yang memadai, terutama pada kasus dengan gejala berat atau adanya kompresi struktural yang jelas (seperti tulang rusuk tambahan).

1. Indikasi kapan tindakan bedah diperlukan

  • Nyeri atau gejala saraf yang tidak merespons terapi nonbedah selama 3-6 bulan.
  • Gangguan aliran darah yang signifikan akibat kompresi pembuluh darah.
  • Adanya komplikasi serius seperti pembentukan gumpalan darah atau kerusakan saraf permanen.

2. Gambaran singkat prosedur operasi pada kasus TOS

  • Reseksi tulang rusuk pertama (first rib resection) : Mengangkat tulang rusuk pertama untuk menciptakan lebih banyak ruang di thoracic outlet. Prosedur ini sering dilakukan pada TOS vaskular atau kasus dengan tulang rusuk tambahan.
  • Scalenectomy : Mengangkat otot scalene untuk mengurangi tekanan pada pleksus brakialis.
  • Pelepasan pectoralis minor : Jika otot pectoralis minor berkontribusi pada kompresi, prosedur ini dilakukan untuk melepaskannya.
  • Dekompresi pleksus brakialis : Dalam beberapa kasus, operasi fokus untuk melepaskan saraf yang terkompresi.

3. Prognosis setelah operasi

Sebagian besar pasien melaporkan perbaikan gejala setelah operasi, tetapi pemulihan penuh dapat memerlukan waktu beberapa bulan dengan rehabilitasi fisik yang terarah.

Pemilihan antara perawatan non-bedah dan bedah bergantung pada tingkat keparahan gejala, penyebab spesifik TOS, dan respons terhadap terapi awal. Kombinasi terapi fisik, modifikasi gaya hidup, dan dukungan medis sering memberikan hasil terbaik bagi pasien dengan gejala ringan hingga sedang.

Solusi Saraf Kejepit: Prosedur Joimax di Lamina Pain and Spine Center

Lamina Pain and Spine Center menawarkan solusi medis terbaru untuk menangani masalah nyeri tulang belakang dan sendi, dengan pendekatan yang berfokus pada prosedur non-bedah yang aman dan efektif.

Lamina Pain and Spine Center memberikan berbagai pilihan perawatan modern yang dapat membantu mengurangi rasa sakit, meningkatkan fungsi sendi, dan memperbaiki kualitas hidup pasien.

Salah satu inovasi unggulan yang ditawarkan adalah prosedur Joimax, sebuah teknik minimal invasif yang dikembangkan di Jerman.

Teknologi Joimax terbukti efektif dalam mengurangi peradangan dan memperbaiki kondisi tulang belakang, dengan risiko yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan prosedur pembedahan konvensional.

Joimax ini digunakan oleh tim dokter spesialis bedah saraf berkompeten di Lamina untuk memberikan solusi presisi dalam mengatasi berbagai masalah tulang belakang, termasuk saraf kejepit, nyeri punggung kronis, serta cedera tulang belakang lainnya.

Dengan menggabungkan teknologi canggih dan pengalaman medis yang mendalam, Lamina Pain and Spine Center telah menjadi salah satu pusat perawatan nyeri dan gangguan tulang belakang terkemuka di Asia Tenggara.

Lamina Pain and Spine Center dikenal karena pendekatannya yang modern dan efektif dalam menangani masalah kesehatan tulang belakang, menjadikannya pilihan utama bagi pasien yang mencari pengobatan yang aman dan berisiko rendah.

Selain pengobatan medis, Lamina juga menyediakan layanan rehabilitasi yang komprehensif, termasuk terapi fisik dan latihan yang disesuaikan dengan kebutuhan setiap pasien. Program rehabilitasi ini bertujuan untuk:

  • Mempercepat proses pemulihan
  • Mengembalikan fungsi sendi yang optimal
  • Meningkatkan kualitas hidup pasien secara menyeluruh

Jika Anda mengalami nyeri punggung, saraf kejepit, atau gangguan tulang belakang lainnya, segera konsultasikan kondisi Anda dengan dokter spesialis di Lamina Pain and Spine Center.Hubungi kami di nomor 0811 1443 599 untuk menjadwalkan konsultasi dan mendapatkan perawatan yang sesuai dengan kondisi Anda.

Share via:
Facebook
Threads
WhatsApp
Artikel Terkait
Artikel Populer
Topik Populer